Boston, Kota Sejarah yang Menggoda Lidah dengan Lobster Segar

Milenianews.com — Boston, kota yang berada di tepi Samudra Atlantik, jika dari Jakarta salah satunya bisa lewat New York. Dari New York, perjalanan ke Boston memakan waktu sekitar satu jam dengan pesawat atau empat jam dengan mobil. Boston berjarak 300 km dari New York. Kota ini tenang, nyaman untuk berjalan kaki di pusat kota, tidak sesibuk New York, lalu lintasnya pun lebih lancar jika dibandingkan dengan Jakarta. Jalan di Boston melingkar dan berliku, berbeda dengan Manhattan yang teratur dalam blok-blok. Suasananya terasa lebih mirip Jakarta, lebih manusiawi. Boston merupakan perpaduan antara kota modern dengan kota penuh sejarah kolonial, lengkap dengan nuansa pelabuhan.

Universitas Harvard dan Massachusetts Institute of Technology berada di Boston. Sebagai kota pesisir, Boston memang bermula dari laut. Pelabuhan Boston menjadi tempat para pelaut dan nelayan dari Eropa mendarat pada tahun 1600-an. Mereka berlayar ke Benua Amerika, menuju perairan yang disebut New England, untuk menangkap ikan cod. Laut sekitar Boston, terutama di Georges Bank, memang kaya akan ikan. Pemukim permanen di Boston adalah pelaut Inggris, meskipun sebelumnya nelayan Eropa, termasuk dari Prancis, juga sudah datang ke Boston untuk berdagang dan mencari ikan.

Baca juga: Dulu Hanya Membaca dan Menonton, Kini Hadir di Riuhnya Dhaka

Kemerdekaan Amerika Serikat memang diproklamasikan di Pennsylvania, namun Boston erat kaitannya dengan perjuangan kemerdekaan. Tak heran kota ini sering disebut sebagai Cradle of Liberty atau “buaian kemerdekaan.” Benih perlawanan muncul di Boston ketika koloni Inggris memberlakukan pajak yang menimbulkan protes keras, hingga ide kemerdekaan mulai menyebar. Pada 1770, lima warga Boston tewas tertembak saat aksi protes, lalu disusul peristiwa Boston Tea Party pada 1773, ketika penduduk membuang peti-peti teh milik British East India Company ke pelabuhan sebagai bentuk protes pajak teh. Peristiwa ini menjadi pemicu langsung menuju Revolusi Amerika yang berujung pada kemerdekaan pada 1776.

Downtown Boston, Jejak Sejarah di Tengah Kota

downtown boston

Pusat kota Boston atau downtown berada tak jauh dari pelabuhan, bisa dicapai dengan berjalan kaki. Di sini, sejarah Boston, kuliner khas, serta suasana kota kolonial dan modern berpadu. Ada gedung opera, taman kota tertua di Amerika, gedung pemerintahan yang berdiri sejak sebelum merdeka, hingga Old State House—bangunan bersejarah tempat deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat diumumkan. Semua jejak sejarah perjuangan kemerdekaan itu berdampingan dengan gedung pencakar langit, perkantoran, dan apartemen.

Pusat kota Boston tertata baik dan cukup padat, sehingga mudah dikunjungi dengan berjalan kaki. Quincy Market adalah pusat belanja dan kuliner khas Boston. Bangunannya unik, berdinding bata abu-abu dengan atap panjang menyerupai gudang, lengkap dengan kubah kecil di tengah. Tepat di sebelahnya berdiri Faneuil Hall, salah satu ikon bersejarah di pusat kota.

Faneuil Hall adalah bangunan empat lantai berdinding bata merah. Di lantai atas terdapat ruang rapat bersejarah tempat rakyat Boston dulu berkumpul, berdiskusi, dan memupuk semangat merdeka. Gedung ini kini terbuka untuk wisatawan, dilengkapi museum kecil dan ruang pameran. Disebut sebagai The Cradle of Liberty, Faneuil Hall dibangun tahun 1742, sedangkan Quincy Market menyusul pada 1824 sebagai perluasan area komersial.

Quincy Market memadukan suasana pasar tradisional dengan mal modern, namun tetap kental dengan nuansa sejarah perjuangan kemerdekaan. Bangunannya memanjang bergaya klasik dengan pilar-pilar besar dan kubah granit. Dari luar, tidak terlihat seperti pasar, namun keramaian musisi jalanan, kios kopi, dan penjual es krim segera memberi kesan pusat keramaian. Turis dari berbagai negara terlihat sibuk berfoto, menjadikan suasana pasar ini hangat dan akrab, seperti pasar rakyat versi internasional.

Masuk ke dalam, suasananya padat, riuh, dengan aroma makanan menggoda. Deretan kios berjejer di kiri dan kanan, menawarkan makanan dari berbagai bangsa. Ada pizza Italia yang tipis, berbeda dengan pizza Amerika yang tebal, juga makanan Amerika Latin seperti burrito, taco, quesadilla, hingga hidangan khas Asia: sushi, sashimi, Thai food, tom yam, salad, hingga Chinese stir-fry.

Pilihan makanan halal juga tersedia. Beberapa kios bahkan menuliskan “halal” dalam bahasa Latin maupun Arab. Ada pula makanan Yunani yang disajikan penjual asal Turki: gyros, falafel, dan kebab. Gyros, mirip kebab, adalah roti pipih berisi daging ayam atau kambing dengan tambahan tomat, bawang, dan saus yoghurt tzatziki. Untuk muslim, pilihan vegetarian juga aman, seperti falafel gyro atau salad. Seafood pun bisa menjadi opsi halal, tersedia di banyak kios Quincy Market.

Dermaga Lewis dan Restoran The Sail Loft

dermaga lewis

Boston juga terkenal dengan dua kuliner ikonik New England: lobster roll dan clam chowder. Lobster roll adalah roti hotdog berisi daging lobster segar. Ala Maine, disajikan dingin dengan mayones, seledri, dan perasan lemon. Ala Connecticut, ditumis dengan mentega dan disajikan hangat. Rasanya lembut, gurih, dan manis alami. Sementara clam chowder adalah sup kerang kental khas Boston dengan tambahan seledri, kentang, bawang, dan susu. Teksturnya creamy, hangat, cocok untuk udara Boston yang sering dingin.

Seorang teman merekomendasikan kami untuk berkunjung ke Boston Sailing Center, sekolah sekaligus klub berlayar populer di New England. Lokasinya berada di Lewis Wharf, dermaga bersejarah di kawasan Boston Waterfront. Dibangun sekitar 1830 dengan batu granit besar, awalnya Lewis Wharf digunakan sebagai gudang hasil bumi seperti gula, molase, kopi, dan teh. Kini, banyak gudang sudah beralih fungsi menjadi kondominium mewah dan ruang komersial.

Kawasan ini menarik untuk berjalan santai, berolahraga, atau sekadar menikmati pemandangan Boston Harbor. Tempat ini juga populer sebagai spot fotografi, baik pagi, senja, maupun malam hari. Wisatawan bisa ikut tur ke pulau-pulau di Boston Harbor Islands atau menyewa feri untuk perjalanan pribadi.

Sebagai kawasan tepi laut, Lewis Wharf juga menjadi pusat kuliner seafood. Banyak restoran di sini menawarkan hidangan laut segar dengan pemandangan Boston Harbor. Suasananya cocok untuk makan siang santai, wine sore sambil menunggu matahari terbenam, atau makan malam romantis ditemani cahaya lampu kota.

Kami memilih makan malam setelah seharian berkeliling. Restoran yang dipilih adalah The Sail Loft, berdiri sejak 1984, tepat di tepi laut sehingga menawarkan panorama luas Boston Harbor.

Baca juga: Pagi di Hakodate, Petualangan Kuliner di Pasar Pagi

Untuk hidangan pembuka, kami memesan cumi goreng tepung, favorit keluarga jika makan seafood. Potongan cumi segar dibalut tepung, digoreng hingga renyah, disajikan di atas daun selada segar dengan tomat ceri, irisan bawang merah, dan saus marinara.

Menu utama kami adalah lobster dan mixed seafood dengan spicy tomato sauce, dikenal juga sebagai seafood fra diavolo. Hidangan Italia ini menyajikan campuran lobster, kerang hijau, cumi, scallop, dan udang, dimasak dengan saus marinara pedas khas Italia. Disajikan di piring besar lengkap dengan irisan lemon. Rasanya seperti perpaduan seafood segar New England dengan sentuhan Italia-Mediterania.

Makan malam seafood di tepi Boston Harbor ini benar-benar meninggalkan kesan.

Selamat malam, Boston.

Kontributor: Dr. Ir. Wahyu Saidi, MSc, seorang Entrepreneur, Peminat dan Penikmat Kuliner

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *