Milenianews.com, Jakarta– Menghadapi krisis iklim dan ketidakpastian global, IPB University melalui Departemen Manajemen menyelenggarakan Summer Course bertema ‘Manajemen Agrifood yang Resilien dan Berkelanjutan di Tengah Ketidakpastian Global’.
Kegiatan yang berlangsung pada 11–22 Agustus 2025 ini melibatkan 30 peserta dari tujuh negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Rwanda, Afghanistan, dan Bangladesh.
Salah satu sesi menarik dalam program ini adalah fieldtrip ke Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta, pada Rabu (20/8/2025), tepatnya di Pulau Pramuka.
Para peserta diajak melihat langsung fasilitas konservasi dan belajar menanam lamun (sea grass), tumbuhan laut yang memiliki peran sebagai penyerap karbon, pelindung garis pantai, sekaligus habitat bagi berbagai biota laut.
Ketua Departemen Manajemen IPB University, Dr. Eko Ruddy Cahyadi, menegaskan bahwa program ini dirancang untuk memperluas wawasan akademis sekaligus membangun jejaring global.
“Kami ingin mahasiswa internasional memperoleh pengalaman belajar mendalam tentang resiliensi dan manajemen agrifood berkelanjutan, lalu mengaplikasikannya di negara masing-masing,” jelasnya.
Dr. Eko menambahkan, Departemen Manajemen IPB University berkomitmen memperluas cakupan program internasional serupa di masa depan sebagai kontribusi nyata dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan global.
Kepala Seksi Taman Nasional Pulau Pramuka, Pitra, menjelaskan bahwa menjaga keberlanjutan ekosistem laut bukanlah hal mudah. “Pendekatan yang kami kedepankan adalah komunikasi dan persuasi dibandingkan penerapan aturan ketat, terutama saat berhadapan dengan masyarakat kecil,” ujarnya di hadapan peserta.
Baca Juga : IPB University Wisuda 186 Fasilitator Sekolah Keluarga Berkualitas
Dekan Faculty of Management Science Songkhla Rajabhat University (SKRU) Thailand, Dr. Pongsak, menyebut pengalaman ini membuka wawasan baru tentang manajemen berkelanjutan.
“Kunjungan ke Taman Nasional Kepulauan Seribu memberikan pengalaman berharga tentang bagaimana pendekatan komunikasi bisa mendukung konservasi laut. Hal ini sangat relevan dengan tantangan agrifood management di negara kami,” ucapnya.
Salah satu peserta asal Rwanda menambahkan, praktik konservasi di Indonesia menjadi inspirasi yang bisa diterapkan di negaranya. Hal serupa diungkapkan peserta dari Myanmar yang baru mengetahui pentingnya fungsi lamun bagi ekosistem laut.