News  

Kekeringan & Ancaman Gelombang Tinggi Serentak di Daerah Istimewa Yogyakarta

Aisyah Ditta

Milenianews.com, Jakarta – Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini tengah menghadapi dua bencana alam sekaligus. Di wilayah daratan, warga Kabupaten Bantul mengalami krisis air bersih yang cukup parah. Sementara itu, di wilayah pesisir selatan DIY, BMKG mengeluarkan peringatan potensi gelombang tinggi yang dapat membahayakan aktivitas warga, nelayan, dan wisatawan.

Baca juga: BMH-YBM PLN Yogyakarta Bahagiakan 50 Anak Yatim di Kebumen

Kekeringan melanda Kelurahan Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, terutama di lima padukuhan: Srandakan, Bendo, Nengahan, Gerso, dan Lopati. Sedangkan peringatan gelombang tinggi berlaku untuk wilayah perairan Samudra Hindia selatan DIY, termasuk pantai-pantai yang sering menjadi tujuan wisata masyarakat.

Distribusi air dilakukan sejak awal Juli, peringatan laut berlaku awal Agustus

Bantuan air bersih dari BPBD sudah dimulai sejak 2 Juli 2025 dan terus berlangsung hingga akhir Juli dengan total penyaluran mencapai 160.000 liter. Sementara itu, BMKG menetapkan potensi gelombang tinggi akan terjadi pada 4 hingga 6 Agustus 2025, dengan ketinggian gelombang mencapai 4 meter atau lebih pada kondisi ekstrem.

Penanganan kekeringan dilakukan oleh BPBD Kabupaten Bantul, yang mendistribusikan air bersih setiap hari dengan sistem bergilir. Kepala BPBD menyatakan, “Distribusi air ini udah kita mulai sejak awal Juli. Kita kirim pakai tangki tiap hari, gantian per pedukuhan.” Selain itu, Polres Bantul ikut serta membantu mengirimkan tambahan 20.000 liter air. Untuk peringatan gelombang tinggi, informasi disampaikan oleh BMKG Stasiun Meteorologi Yogyakarta sebagai bentuk kewaspadaan terhadap warga dan nelayan.

BPBD drop air, BMKG imbau warga hindari laut

Kekeringan terjadi akibat musim kemarau panjang yang diperparah oleh jebolnya groundsill (bendung kecil) di Sungai Progo. Akibatnya, aliran air langsung deras ke selatan dan membuat sumur-sumur warga serta mata air mengering. Sementara itu, gelombang tinggi dipicu oleh angin timuran yang kencang, suhu muka laut hangat, dan kelembaban udara tinggi, yang menurut BMKG merupakan kombinasi yang bisa memicu gelombang ekstrem.

Baca juga: Momentum Muharram, BMH Yogyakarta Bangun Pesantren Hidayatullah di Gunungkidul

BPBD melakukan droping air bersih menggunakan 32 tangki, masing-masing berisi 5.000 liter. Distribusi dilakukan bergilir ke lima padukuhan. Warga juga diminta aktif melapor ke BPBD jika membutuhkan tambahan bantuan. Di sisi lain, BMKG mengimbau nelayan dan wisatawan agar menghindari aktivitas laut selama periode peringatan. “Nelayan kecil, kapal wisata, dan aktivitas di pantai sebaiknya dihindari dulu. Ini demi keselamatan semua,” tulis BMKG.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *