Empat Pesan Rasulullah

Dr. KH. Syamsul Yakin MA.

Milenianews.com, Mata Akademisi—Rasulullah Muhammad SAW  berpesan kepada Abu Dzar al-Ghifari, “Wahai Abu Dzar, perbaharuilah perahumu, karena laut itu dalam. Kurangilah beban, karena bukit itu sulit didaki. Carilah perbekalan yang lengkap, karena perjalanan itu jauh.  Ikhlaslah  beramal, karena Allah Maha Teliti.” (HR. Dailami).

Hadits dengan  redaksi dan diksi yang hampir serupa bisa ditemui juga dalam kitab Nashaihul Ibad karya Syaikh Nawawi. Tampaknya  pesan Rasulullah kepada Abu Dzar ini penuh dengan perumpamaan. Yang pertama misalnya, perahu diumpamakan dengan niat yang tulus.

Oleh karena itu, tulis Syaikh Nawawi, dalam melakukan suatu perbuatan atau meninggalkannya harus disertai niat yang baik. Tujuannya, tak lain agar mendapat pahala dari Allah. Di samping itu, niat yang baik akan mengundang karunia Allah yang serba cukup, baik karunia yang bisa diindra maupun tidak.

Pesan Rasulullah ini juga bisa dimaknai agar kita senantiasa memperbaharui keimanan. “Perbaharui iman kalian,”  seru Rasulullah. Ditanyakan, “Ya Rasulullah, bagaimana cara kami memperbarharui iman kami?” Rasulullah menjawab, “Perbanyaklah mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah.” (HR. Hakim).

Selanjutnya tentang pesan mengurangi beban, ini juga kiasan. Kepada Abu Dzar Rasulullah bertanya, “Wahai Abu Dzar, tahukah kamu di hadapan kita ada bukit yang sulit didaki kecuali oleh orang yang meringankan diri”. Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah aku termasuk orang yang meringankan diri atau memberatkan diri?”

Rasulullah balik bertanya, “Apakah kamu punya makanan untuk hari ini?” Orang itu menjawab, “Punya”. “Apakah kamu punya makanan untuk besok?”, tanya Rasulullah lagi. Orang itu menjawab, “Punya”. Sekali lagi Rasulullah bertanya, “Apakah kamu punya makanan untuk lusa?” Orang itu menjawab, “Tidak”.

Rasulullah menegaskan, “Apabila kamu mempunyai makanan untuk tiga hari ke depan, maka kamu termasuk orang yang memberatkan   diri.” (HR. Baihaqi). Saking  inspiratifnya hadits ini hingga hadits  ini dikutip juga oleh Syaikh Nawawi dan Abu Laits al-Samarqandi dalam magnum-opus-nya, yakni kitab Tanbihul Ghafilin.

Pesan Rasulullah yang ketiga, yakni tentang berbekal yang lengkap untuk perjalanan yang jauh, sejalan dengan pesan al-Qur’an, “Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. al-Baqarah/2: 197). Karena takwa, tulis pengarang  kitab Tafsir Jalalain,  dapat menjaga diri dan tidak menjadi beban bagi orang lain dan tentu akan menyampaikan pada tujuan.

Pesan Rasulullah yang terakhir bukanlah kiasan. Kita harus benar-benar ikhlas. Ciri orang ikhlas, tulis Abu Laits al-Samarqandi, adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya sebagaimana dia menyembunyikan keburukannya. Tentu  ini jadi parameter yang bisa kita tanyakan pada diri kita sendiri. Apakah kita selama ini hanya menyembunyikan keburukan saja?

Penulis: Syamsul Yakin, Wakil Ketua Umum MUI Kota Depok

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *