News  

Siswa SMA Ini Ubah Eceng Gondok Jadi Pupuk Hayati untuk Lestarikan Danau Toba

Siswa SMA Ubah Eceng Gondok Jadi Pupuk Hayati

Milenianews.com, Jakarta – Jakarta Student Symposium (JSS) mengadakan simposium bertajuk “Saving our Earth” pada hari Rabu (24/5). Kegiatan tersebut akan menampilkan 12 siswa yang mempresentasikan ide dan tindakan nyata yang memberikan dampak positif bagi bumi. Salah satunya terdapat siswa SMA yang ubah Eceng Gondok jadi pupuk hayati.

Karya-karya yang mereka presentasikan, kebanyakan tentang lingkungan dan nutrisi. Contohnya, ada proyek yang bertujuan untuk mengurangi jejak karbon, proyek konservasi air bersih, proyek pengembangan beras fortifikasi, dan banyak lagi.

Baca juga : Fakultas Peternakan IPB University Gandeng  Prima Agrostis Nusantara, Produksi Pakan Ternak Sorinfer

Karya yang menarik perhatian yaitu karya milik Stefan Atmadja, seorang siswa kelas 11 yang berhasil mengubah tanaman gulma eceng gondok yang merusak Danau Toba menjadi pupuk hayati yang bermanfaat bagi para petani di daerah Toba.

Stefan mengembangkan sebuah pupuk organik yang menggunakan eceng gondok dari Danau Toba, dan memberinya nama Steba yang singkatan dari “Sahabat Petani Toba”.

Pupuk hayati ini telah melalui uji coba dan hasilnya menunjukkan kualitas yang lebih baik daripada rata-rata pupuk yang ada. Selain itu, pupuk Steba juga terbukti dapat meningkatkan produktivitas para petani.

Proses Stefan ubah Eceng Gondok dari Danau Toba jadi pupuk hayati

Proyek ini berawal dari keprihatinan Stefan saat melihat keindahan Danau Toba yang terhimpit oleh eceng gondok.

“Padahal Danau Toba adalah danau vulkanik terbesar di dunia yang sangat indah dan menjadi salah satu Global Geopark UNESCO. Namun sayang tertutup oleh eceng gondok yang pertumbuhannya tidak terkontrol,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa, eceng gondok yang menutupi menimbulkan tiga permasalahan yang signifikan. Pertama, kerapatan eceng gondok menghalau sinar matahari sehingga menghalangi proses fotosintesis organisme di dalam danau.

Kedua, mengurangi kadar oksigen yang akan menghambat pertumbuhan makhluk hidup lainnya. Dan yang ketiga, persoalan pariwisata. Karena dapat mengurangi keindahan pemandangan yang kemudian akan berakibat pada menurunnya daya tarik pariwisata.

Stefan dengan tegas menyatakan bahwa tujuan utamanya dalam menjalankan proyek ini adalah untuk mengembalikan keindahan Danau Toba dan sekaligus mengubah eceng gondok menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Kandungan nitrogen dalam eceng gondok cukup tinggi yang tentu saja merupakan material yang baik untuk pupuk.

Baca juga : Mahasiswa FEB UIII Siap Bawa Program Maggot ke Tingkat Internasional

Produk pupuk hayati tersebut telah melewati pengujian di laboratorium oleh Sucofindo. Selain itu, pupuk tersebut bermanfaat bagi sejumlah petani di area Danau Toba, Sumatera Utara.

“Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, penggunaan pupuk dari eceng gondok pada tanaman padi mempercepat pertumbuhan padi dibandingkan dengan yang tidak menggunakan pupuk tersebut. Saya harap, proyek ini dapat memberikan impact untuk meningkatkan produktivitas para petani, dan sekaligus membuat danau kembali indah serta mempertahankan nilai pariwisata Indonesia,” jelasnya. 

Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *