Milenianews.com, Surakarta- Rektor IPB University, Prof Arif Satria mengatakan growth mindset dan future practice adalah modal utama untuk menjadi manusia paripurna. Kedua kata kunci tersebut penting guna mempersiapkan generasi muda agar menjadi pemimpin masa depan di tengah berbagai disrupsi.
“Nilai akademis bukan lagi faktor utama penentu kesuksesan, melainkan growth mindset yang mengedepankan soft skill seperti integritas dan kreativitas. Hal ini dimiliki oleh pembelajar tangkas yang mampu mengendalikan dan memanfaatkan peluang tanpa ragu,” kata Prof Arif. Menurutnya, kemampuan tersebut merupakan ciri utama manusia paripurna sesungguhnya.
Hal tersebut ia sampaikan dalam acara ‘Inspirasi Ramadhan Kareem’ bersama Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Ahad (16/4/2023) di depan para mahasiswa dan akademisi UMS. Hadir sebagai pembicara utama, ia turut membagikan perspektifnya dalam menjawab tantangan dan strategi dalam menghadapi era disrupsi.
“Perubahan mindset (pola pikir) dari fixed mindset menjadi growth mindset merupakan modal utama agar manusia mampu bertahan dan mampu menghadapi perubahan di era disrupsi dan digitalisasi. Orientasi kepada future practice juga diperlukan untuk menentukan kemajuan bangsa menjadi trendsetter perubahan,” katanya.
Skillset yang Mumpuni
Ia mengatakan, di tengah kondisi dunia yang penuh dengan ketidakpastian, setiap orang memerlukan skillset yang mumpuni. Skillset ini hanya dimiliki oleh pembelajar tangkas yang adaptif, fleksibel, kolaboratif dan memiliki complex problem solving.
Sifat-sifat pembelajar tangkas ini, sebut Prof Arif, akan menghasilkan inovasi-inovasi baru bagi bangsa. Selain itu, inovasi berhubungan erat dengan angka pendapatan per kapita.
“Growth mindset ini perlu ditanamkan kepada generasi muda agar menyadari kemampuannya untuk berkembang sehingga dapat mengubah karakteristik umum pada dirinya seperti bakat dan keahlian. Agar nantinya mereka bisa berkontribusi besar dalam peningkatan penciptaan berbagai inovasi di Indonesia,” jelasnya.
Selain itu, Prof Arif melanjutkan, berpikir out of the box juga tidak kalah penting agar mampu menciptakan pendekatan baru dalam komunikasi dan kolaborasi sehingga proses adaptasi lebih cepat.
“Hal tersebut juga berhubungan dengan future practice, visi yang mendorong perubahan berdasarkan masa depan sehingga dapat menciptakan banyak peluang. Berbeda dengan best practice yang meniru metode yang sudah ada,” ungkapnya.