Musik, News  

Perkembangan Nasyid di Indonesia, Harus Ikuti Budaya Populer Jika Ingin Tetap Eksis

Perkembangan nasyid di Indonesia

Milenianews.com, Jakarta – Nasyid menjadi salah satu aliran musik religi yang populer di Indonesia. Awal kemunculannya sendiri mulai tahun 1980 akhir dan 1990an awal yang berkembang di komunitas tarbiyah. Komunitas tarbiyah sendiri merupakan komunitas pengajian anak-anak SMA dan mahasiswa di perguruan tinggi.

Pada awal 1990an berbarengan dengan perkembangan acapella, turut memengaruhi perubahan atau metamorfosis nasyid (Nasyidmorfosis).

Baca juga : Rahara Ajak Dengarkan Kembali Nuansa Musik Era 90-an Melalui “Bilamana”

Dalam laporan Tesis Agus Idwar Jumhadi, seorang Praktisi Nasyid Senior berjudul “Nasyidmorfosis di Indonesia”, mengungkapkan bahwa, musik nasyid terdiri dari 3 karakter.

“Ada tiga poin besar dalam karakter nasyid saat itu.  Antara lain, senandung tanpa alat musik, bertema jihad dan solidaritas, serta dibawakan grup laki-laki,” katanya, dalam sidang Munaqasyah Tesis di ruang sidang magister Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa (10/1).

Nasyid harus ikuti budaya populer jika ingin tetap ada

Snada menjadi grup nasyid paling populer di Indonesia. Saat acapella muncul, juga memberi pengaruh besar dalam perkembangan musik dari Snada sendiri. Bahkan, Snada pernah mengambil salah satu lagu berjudul ‘In The Still Of The Night‘ dari Boyz II Men, yang diplesetkan dengan gaya nasyid acapella.

Sementara itu, dalam perkembangannya di Indonesia, “Nadyidmorfosis” membawa nasyid ke berbagai corak baru yang lebih menarik dan punya daya saing.

“Kesimpulan dalam penelitian ini, bahwa nasyid masa kini telah bertransformasi atau bernasyidmorfosis ke berbagai corak baru yang lebih menarik dan punya daya saing. Kemudian, nasyid di Indonesia tetap eksis setelah mengalami proses transformasi secara profesional dalam bentuk kemasan, lirik tema dan personil,” ujar personil Snada ini.

“Dan yang ketiga, nasyid adalah media dakwah alternatif yang efektif sesuai kebutuhan lagu, atau projek dakwah yaitu orang-orang yang menyukai musik.”

Agus sebagai pengorbit musisi religi Opick, juga mengatakan, apabila nasyid ingin terus berkembang, maka harus mengaitkan hal-hal yang ada pada budaya populer.

“Tiga poin penting yaitu bersifat masa, kemudian menjadi budaya masa, kemudian bersifat kekinian dan berorientasi kepada orientasi ekonomi,” jelasnya.

Baca juga : Sastra Religius Perlu Revitalisasi

Ia juga mengharapkan peran majelis ulama, khususnya LSBPI (Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam) bisa lebih aktif dalam mengembangkan kreativitas para pelaku nasyid. Hal tersebut sebagai upaya untuk menjaga agar nasyid tetap eksis dan juga berkualitas.

“Untuk menjaga agar nasyid tetap eksis dan juga berkualitas dan sesuai dengan tuntunan yang tertuang dalam perkembangan seni budaya Islam LSBPI Pusat,” tutupnya.

Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *