News  

Prof Rokhmin Paparkan Strategi Pengembangan Kolaborasi Pentahelix Wujudkan Kedaulatan Pangan

ICMI Orda Kabupaten Cirebon menggelar Sarasehan Kemandirian Pangan dengan tema “Model Kolaborasi Pentahelix Untuk Kemandirian Pangan Wilayah Ciayumajakuning” di Auditorium Kampus 1 UGJ Cirebon, Senin, 26 Desember 2022. (Foto: Dok RD Institute)

Milenianews.com, Cirebon- Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, yang juga  ketua umm Paguyuban Dulur Cirebonan (Ciayumajakuning), Prof Dr Rokhmin Dahuri  menjadi keynote speaker.

Sarasehan Kemandirian Pangan dengan tema “Model Kolaborasi Pentahelix Untuk Kemandirian Pangan Wilayah Ciayumajakuning” ICMI Orda Kabupaten Cirebon  yang digelar di Auditorium Kampus 1 UGJ Cirebon, Senin, 26 Desember 2022

Melalui makalahnya yang berjudul “Penembangan kolaborasi Pentahelix untuk mewujudkan kedaulatan pangan di wilayah Ciayumajakuning”, Prof Rokhmin memaparkan strategi pengembangan kolaborasi Pentahelix untuk mewujudkan kedaulatan pangan di wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan)  sebagai berikut: Pertama, membangun korporasi bisnis pangan terintegrasi (pasca produksi – produksi on-farm – industri pengolahan – pemasaran) yang menggabungkan sejumlah UMKM produksi on-farm berbasis satu jenis komoditas (seperti beras, jagung, bawang, buah, sayur, udang, ikan, dan ayam) di dalam satu kawasan;

Kedua, mengundang investor besar (korporasi), seperti BUMN, BUMD, swasta nasional, atau MNC (Multi National Corporation) untuk membangun industri pengolahan pangan di daerah (kabupaten atau kota) dan bermitra secara win-win dengan UMKM produsen pangan (petani dan nelayan).

“Core business korporasi: pembelian komoditas pangan dari petani dan nelayan, penjualan sarana produksi, pengolahan komoditas pangan, dan pemasaran.  Korporasi bisa berusaha di on-farm, tetapi dengan volume produksi < 50% kapasitas pengolahan industri (pabrik)-nya.,” kata Prof Rokhmin yang juga ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI).

Ketiga, mengundang investor besar (korporasi), seperti BUMN, BUMD, swasta nasional, atau MNC (Multi National Corporation) untuk membangun industri pengolahan pangan terintegrasi, yang dari hulu sampai hilir dikerjakan sendiri, di daerah (kabupaten atau kota).  Penduduk setempat sebagai pegawai (direksi, manager, atau staf) dan pekerja di on-farm maupun off-farm, dengan gaji atau upah yang menyejahterakan mereka secara berkelanjutan.  “Upah Minimum = US$ 375 (Rp 5,6 juta)/bulan, ditambah tunjangan-tunjangan lainnya,” ujar ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara) itu.

Strategi Mewujudkan Kedaulatan Pangan

Sebelumnya, Prof Rokhmin mengupas strategi mewujudkan kedaulatan pangan untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Menurutnya, strategi tersebut paling tidak mencakup tujuh hal. Yakni, peningkatan produktivitas dan produksi onfarm komoditas pangan; peningkatan volume produksi sarana produksi pertanian dan perikanan yang top quality, harga bersaing, dan mencukupi kebutuhan usaha onfarm secara berkelanjutan; dan pengelolaan konsumsi dan permintaan pangan, sehingga produksi > demand nasional.

Selain itu, revitalisasi dan pengembangan industri pengolahan pangan; penguatan dan pengembangan pemasaran di dalam negeri maupun ekspor; penguatan dan pengembangan sistem logistik pangan nasional; dan  kebijakan politik ekonomi         yang kondusif.

Terkait dengan peningkatan produktivitas dan produksi onfarm komoditas pangan, misalnya, Prof Rokhmin menekankan pentingnya penyusunan Big Data yang interaktif dan dinamis berdasarkan data yang absah, akurat (presisi), dan kuantitasnya mencukupi tentang semua aspek penting tentang sektor pangan; mempertahankan lahan pertanian dan perikanan yang ada, tidak dialihfungsikan untuk kawasan industri, pemukiman, infrastruktur, dan penggunaan lahan lainnya; dan menggunakan tekonologi mutakhir
dan manajamen agribisnis yang tepat.

Selain itu, kata Prof Rokhmin, pembukaan lahan baru (ekstensifikasi) untuk usaha produksi tanaman pangan, hortikultur, perkebunan, peternakan, dan perikanan di luar Jawa dan lahan-lahan terlantar di P. Jawa, dengan spesies (komoditas) yang cocok dengan kondisi agroklimat setempat.

“Juga, diversifikasi budidaya dengan spesies (varietas) pangan yang baru melalui domestikasi dan pengembangan bibit dan benih unggul dengan teknologi pemuliaan (genetic engineering) dan nanoteknologi,” ujat Rokhmin yang juga anggota DFewan Pakar ICMI Pusat.

Rokhmin juga menyoroti peningkatan volume produksi sarana produksi pertanian dan perikanan sebagai berikut:

  1. Tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, umbi-umbian, dan lain-lain): bibit dan benih unggul, pupuk (organik dan non-organik), pestisida, obat-obatan, alsintan, dan lain-lain.
  2. Hortikultura: bibit dan benih unggul, pupuk (organik dan non-organik), pestisida, obat-obatan, alsintan, dan lain-lain.
  3. Perkebunan: bibit dan benih unggul, pupuk (organik dan non-organik), pestisida, obat-obatan, alsintan, dan lain-lain.
  4. Peternakan: bibit dan benih unggul, pakan berkualitas unggul dan harga bersaing, growth stimulant, obat-obatan, alsintan, dan lain-lain.
  5. Perikanan budidaya: bibit dan benih unggul, pakan berkualitas unggul dan harga bersaing, growth stimulant, obat-obatan, alsintan, dan lain-lain.
  6. Perikanan tangkap: kapal ikan, alat penangkapan (fishing gears), mesin kapal dan suku cadangnya, energi (diesel, bensin, solar panel, dan lainnya), alat bantu penangkapan ikan (GPS, fish finder), dan perbekalan melaut.

Konsep pentahelix atau multipihak adalah konsep  di mana unsur pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media bersatu padu berkoordinasi serta berkomitmen untuk mengembangkan potensi lokal desa atau wilayah.

Seminar dengan tema Model Kolaborasi Pentahelix Untuk Kemandirian Pangan Ciayumajakuningmerupakan kegiatan bersama yang diinisiasi oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orda Kabupaten Cirebon. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk sharing dan diskusi terarah yang bertujuan untuk menelaah potensi daerah dan menumbuhkan kesadaran seluruh stakeholder yang berada di wilayah Ciayumajakuning akan pentingnya kemandirian pangan.

Selain Prof Rokhmin Dahuri, seminar itu juga menampilkan pembicara H. Sudarmoko SE, Ir. Joko Budi Wiryono, dan Hestu Wibowo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *