Milenianews.com, Bogor- Dikisahkan dari pengalaman konkret di taman bacaan dan kajian yang dilakukan sendiri, Syarifudin Yunus, pegiat literasi TBM Lentera Pustaka meluncurkan buku Membangun Budaya Literasi dan Taman Bacaan berbasis Edukasi dan Hiburan – TBM Edutainment di ajang Festival Literasi Gunung Salak #5 di Bogor, 20 November 2022 lalu. Di hadapan 350 orang, buku paling komprehensif tentang literasi dan taman bacaan di Indonesia ini dihadirkan sebagai kado spesial 5 tahun TBM Lentetra Pustaka.
Buku setebal 272 halaman, ber-ISBN, dan terbitan Endnote Press ini merupakan buku ke-40 Syarifudin Yunus dan diberikan secara simbolik kepada Retno Tri Wulandari (Head of Corporate Secretary Bank Sinarmas), Andri (DAP Kab. Bogor), Rohman Gumilar (Forum TBM Jabar), dan Farah G Elsyarif (anak perempuan penulis). Isi buku ini bertutur 100 esai tentang taman bacaan sebagai jalan sunyi pengabdian, yang terdiri dari: 30% praktik baik TBM, 15% kajian dan riset taman bacaan, 15% TBM Edutainment, dan 40% tantangan dan tips di taman bacaan.
“Selain berkisah pengabdian di TBM, buku ini saya hadirkan agar dapat menjadi referensi ilmiah tentang literasi dan taman bacaan di Indonesia. Isinya saya tulis berdasar pengalaman konkret mencakup empat bagian penting di taman bacaan, yaitu praktik baik TBM, kajian dan riset, TBM Edutainment, dan tantangan di taman bacaan. Maka tata kelola taman bacaan ke depan harus memadukan edukasi dan hiburan. Saya sebut dengan TBM Edutainment, sebagai model pengembangan taman bacaan” ujar Syarifudin Yunus, pegiat literasi TBM Lentera Pustaka saat peluncuran.
Disertasi Doktor Manajemen Pendidikan
Syarifudin Yunus yang berprofesi sebagai dosen PBSI FBS Universitas Indraprasta PGRI menjadikan buku Membangun Budaya Literasi dan Taman Bacaan – TBM Edutainment sebagai luaran dari disertasi Doktor Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor yang berjudul “Peningkatan Tata Kelola Taman Bacaan melalui Model TBM Edutainment sebagai Layanan Dasar Pendidikan Nonformal pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kabupaten Bogor”.
Tersaji fakta dan data dalam buku ini, antara lain: hanya 20% ruang baca TBM yang memadai, 60% koleksi buku TBM tidak memadai, 57% TBM tidak punya legalitas. Karena itu eksekusi jadi prinsip praktik baik di taman bacaan, di samping ada tiga syarat TBM dapat bertahan di era digital. Maka TBM Edutainment bisa jadi solusi sebagai cara beda tata kelola taman bacaan. Di samping pegiat literasi harus mengenali tantangan dan rintangan berjuang di taman bacaan, yang disebut segudang prasangka di langit taman bacaan.
Melalui buku ini, ditegaskan TBM Edutainment sebagai tata kelola taman bacaan berbasis edukasi dan hiburan terbukti dapat menarik anak-anak yang membaca dan kepedulian banyak pihak untuk berkontribusi pada aktivitas taman bacaan. Pegiat literasi di mana pun harus lebih spartan, untuk berjuang keras demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Literasi untuk semua, sejatinya hanya terwujud bila taman bacaan punya hati, cinta, dan komitmen sepenuh hati. Agar ke depan, taman bacaan menjadi tempat yang asyik dan menyenangkan.
Lima Buku
Berbarengan dengan buku Membangun Budaya Literasi dan Taman Bacaan – TBM Edutainment juga diluncurkan empat buku seri literasi yang ditulis Syarifudin Yunus bersama mahasiswanya yang terdiri dari: 1) buku Literasi untuk Semua, 2) buku Literasi Digital – Is It Bad or Good Habits?, 3) buku Literasi Budaya – Mikul Dhuwur Mendhem Jero, dan 4) buku Literasi Finansial – Biaya Hidup itu Murah, yang Mahal itu Biaya Pamer.
Kelima buku seri literasi karya Syarifudin Yunus ini didesikasikan untuk menegakkan giat membaca dan budaya literasi masyarakat Indonesia. Di samping menjadi motivasi pentingnya pegiat literasi untuk menulis. Karena verba volant, scripta manent, apa yang terucap akan hilang dan apa yang tertulis akan abadi.
Menurut Syarifudin, tanpa buku, sejarah itu sunyi, sastra itu beku, dan sains pun bisa lumpuh. Karenanya, buku adalah jendela dunia, mesin perubahan, dan mercusuar yang berdiri tegak di lautan waktu. Buku, sebuah warisan berharga yang ditinggalkan turun-temurun untuk kemanusiaan dan peradaban. Itulah spirit 5 buku seri literasi yang dihadirkan Syarifudin Yunus sebagai pegiat literasi TBM Lentera Pustaka.
“Karena hidup tanpa buku seperti ruang gelap tidak berlampu. Agar esok, buku tetap menjadi kekasih setia yang tidak cemburu sekalipun dimadu. Salam literasi,” kata Syarifudin.