Milenianews.com, Jakarta – Perempuan menjadi korban terbanyak kasus penipuan di industri fintech. Hal ini karena kurang meratanya literasi digital dan keuangan di masyarakat.
Menurut Sati Rasuanto, Co-Founder dan CEO VIDA, literasi digital dan keuangan yang belum merata mengenai layanan fintech di kalangan perempuan, membuat mereka rentan terhadap berbagai risiko kejahatan keuangan.
Baca Juga : Ikuti Zaman, 90% Sektor UMKM Gunakan QRIS
“Meningkatnya jumlah kasus perempuan sebagai korban platform pinjaman dan investasi online ilegal menunjukkan rendahnya literasi keuangan,” lanjut Sati.
Sati berharap, para pelaku industri fintech beserta pemerintah mampu memberikan literasi keuangan digital kepada semua masyarakat dengan berbagai latar belakang, khususnya perempuan.
Menurut sumber Laporan Survei Anggota Tahunan AFTECH, perusahaan fintech di Indonesia saat ini memang sudah cukup banyak menyediakan layanan khusus untuk perempuan.
Baca Juga : Berkembangnya Industri Fintech Libatkan Partisipasi Perempuan
Salah satu produk layanan yang paling banyak digunakan adalah P2P lending yang 84% peminjamnya adalah perempuan.
Hal ini juga juga sejalan dengan survei yang dilakukan OJK yang mengungkapkan bahwa 66,7% penerima P2P atau pinjaman online adalah perempuan.(Nadya Nurrahmah)
Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.