Microsoft Ungkap Budaya Inovasi Mendorong Ketahanan Bisnis dan Pemulihan Ekonomi di Indonesia

microsoft cloud-innovation-summit-2020

Milenianews.com, Jakarta – Dalam Microsoft Cloud Innovation Summit (MCIS) 2020, menghadirkan salah satu pembicara seorang pimpinan perusahaan. Ia mengungkapkan penelitian terhadap perusahaan di Indonesia saat masa pandemi COVID-19 berlangsung.

Pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa tidak ada bisnis yang 100 persen tahan banting. Namun bisnis yang diperkuat oleh teknologi digital akan menjadi lebih tangguh dan lebih mampu bertransformasi. Terutama saat menghadapi perubahan struktural massal. Hal ini menjadi salah satu temuan dari studi Microsoft-IDC mengenai “Culture of Innovation” atau budaya inovasi.

Baca Juga : Microsoft Hadirkan Acara Cloud Innovation Summit 2020 secara Virtual

Organisasi yang telah menempuh perjalanan jauh dalam perjalanan transformasi digital sebelum pandemi sekarang perlu bergerak lebih cepat. Bukan hanya untuk bertransformasi, tetapi untuk meningkatkan ketangkasan, kecepatan menuju pasar, dan stabilitas.

“Organisasi di Indonesia telah menyadari kemampuan mereka untuk berinovasi mendorong kinerja dan ketahanan bisnis mereka selama krisis. Sejak COVID-19, 61% organisasi, menganggap inovasi menjadi lebih mudah. Ini menunjukkan bagaimana perusahaan dari Indonesia merangkul budaya inovasi untuk menjadi lebih siap dan mempercepat transformasi mereka,” jelas Daniel-Zoe Jimenez, Associate Vice President (AVP), Head of Digital Transformation (DX), IDC Asia / Pacific.

Empat tahapan organisasi perusahaan saat pandemi hasil temuan Microsoft

Temuan ini merupakan hasil dari survei terhadap 213 pengambil keputusan bisnis dan 234 pekerja dalam periode 6 bulan, sebelum dan sejak COVID-19. Selain itu, sebesar 74% organisasi telah mempercepat digitalisasi untuk beradaptasi dengan situasi normal yang baru (new normal). Mulai dari meluncurkan produk digital, memperkenalkan pembayaran online, hingga merangkul e-commerce dan melakukan otomatisasi. Ini lebih rendah di banding 87% pemimpin bisnis yang melakukan hal yang sama.

“Inovasi bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Kami telah melihat bagaimana krisis baru-baru ini mendorong transformasi di seluruh wilayah, dan organisasi harus mengintegrasikan kemampuan untuk berinovasi ke dalam inti mereka, untuk memulihkan diri,” kata Haris Izmee, Presiden Direktur, Microsoft Indonesia

“Awalnya kami membuat penelitian ini untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik seputar hubungan antara memiliki budaya inovasi dengan pertumbuhan organisasi. Tapi sekarang, lebih dari sekadar mencapai pertumbuhan. Kami melihat bahwa memiliki budaya inovasi yang matang berarti ketahanan dan kekuatan untuk menahan krisis ekonomi dan memulihkan diri,” tambah Haris.

Baca Juga : Microsoft Menyiapkan 2 Surface Baru

Studi ini memperkenalkan framework budaya inovasi, yang mencatat pendekatan organisasi terhadap inovasi. Melalui penelitian, maturity suatu organisasi memetakannya ke dalam empat dimensi. Yakni SDM, proses, data, dan teknologi.

Hasilnya, organisasi dikelompokkan dalam empat tahap – tradisionalis (tahap 1), pemula (tahap 2), adaptor (tahap 3) dan pemimpin (tahap 4). Pemimpin terdiri dari organisasi yang paling matang dalam membangun budaya inovasi.(Rifqi Firdaus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *