Milenianews.com, Jakarta – Tesla kembali mencoba memberikan gaji terbesar dalam sejarah perusahaan Amerika kepada bos mereka, Elon Musk, senilai USD 56 miliar (Rp. 907,2 Triliun).
Melansir dari BBC, Jumat (19/4), perusahaan mobil listrik ini meminta para pemegang saham untuk memberikan suara mengenai gajinya yang ditetapkan pada tahun 2018 lalu. Namun, kesepakatan tersebut ditolak oleh seorang hakim di Amerika Serikat pada bulan Januari 2024 yang menyebutnya sebagai “jumlah yang tidak bisa dimengerti”.
Hal ini terjadi hanya beberapa hari setelah Musk mengumumkan rencana untuk memangkas lebih dari 10% dari total karyawan mereka di seluruh dunia.
Dalam memo yang dia keluarkan kepada stafnya, Musk menyatakan bahwa meskipun hal tersebut tidak disukainya, tapi itu harus dilakukan. Saat ini, gaji yang diusulkan berada di bawah sorotan walaupun kesepakatan tahun 2018 tidak termasuk gaji atau bonus.
Sebaliknya, paket gaji tersebut pada tahun 2018 menetapkan imbalan berdasarkan peningkatan nilai pasar Tesla hingga mencapai USD650 miliar dalam kurun waktu 10 tahun. Nilai saham perusahaan mobil listrik ini kini mencapai USD500,36 miliar, menurut data yang ada.
Pada saat hakim yang berbasis di Delaware, Kathaleen McCormick memberikan putusannya, menyatakan bahwa kesepakatan gaji tersebut tidak adil bagi para pemegang saham. Dia menemukan bahwa para direktur Tesla, yang bernegosiasi kesepakatan itu, mungkin terlalu terpesona dengan “daya tarik superstar” Musk dan tidak memberikan informasi yang memadai kepada para pemegang saham.
Putusan tersebut membuat Musk marah, dan kemudian mengancam untuk memindahkan kantor pusat Tesla dari Delaware ke Texas.
Baca juga: Tesla Akan PHK 10 Persen dari Total Karyawan Karena Menurunnya Penjualan
Elon Musk tidak menerima gaji dari Tesla selama 6 tahun terakhir
Pada hari Senin (15/4) lalu, Tesla mengajukan dokumen permintaan kepada para pemegang saham untuk menyetujui langkah tersebut dan menyetujui kembali paket gaji tahun 2018.
Dalam surat yang dimasukkan dalam pengajuan regulasi, Ketua Dewan Robyn Denholm, menyatakan bahwa Elon Musk tidak dibayar atas pekerjaannya untuk Tesla selama enam tahun terakhir. “Hal ini tampak tidak adil bagi kami, dan banyak pemegang saham telah menyampaikannya,” jelasnya.
Ms. Denholm juga menegaskan bahwa dewan tidak setuju dengan putusan pengadilan. “Kami tidak berpikir bahwa putusan Pengadilan Delaware mencerminkan bagaimana hukum perusahaan seharusnya berfungsi,” katanya.
Musk tidak menerima gaji dari perusahaan dan hanya mendapat kompensasi melalui opsi saham. Tesla masih berencana untuk mengajukan banding terhadap putusan tersebut.
Pemungutan suara ulang ini datang pada saat yang sulit bagi perusahaan yang melihat penjualan mobil listriknya paling rendah sejak 2022. Hal ini terjadi menjelang pengumuman laporan keuangannya minggu depan.
Baca juga: OpenAI Bilang Elon Musk Mau”Kuasa Penuh” Perusahaan
Musk juga tengah berusaha memperbaiki reputasinya setelah tahun yang penuh gejolak. Tesla harus melakukan pengingat mobil karena masalah keamanan. Musk terlibat dalam kontroversi konspirasi antisemitik, dan menghadapi masalah dengan platform media sosialnya, X.
Meskipun demikian, menurut Bloomberg dan Forbes, kekayaan bersih Musk diperkirakan mencapai antara USD198 miliar dan USD220 miliar pada November 2023, menjadikannya orang terkaya di dunia.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.