Berjuang Agar tak Kehilangan Akal Sehat

Asma Nadia bernama novel "Assalamu'alaikum Baitullah" saat peluncuran novel tersebut di Tanah Suci pada 17 April 2024. (Foto: Istimewa)

Judul              : Assalamu’alaikum Baitullah

Pengarang     : Asma Nadia

Penerbit        :  Republika

Cetakan         : I, 2024

Tebal                : 427 Hal

Milenianews.com, Ngobrolin Buku– Seorang istri mengirimkan email curhat kepada novelis Asma Nadia.  Isinya singkat, tak sanggup lagi menjalani hidup dan ingin mengakhirinya. Ironis, suaminya sendiri yang membuat perempuan muda itu ingin bunuh diri.

Curhat lain menghampiri Asma. Pengirimnya seorang remaja putri yang mengalami satu peristiwa traumatis, namun tak punya tempat untuk mengadu, hingga ia  bertindak nekat.

Tak hanya itu jeritan putus asa yang kerap diterima oleh Asma. Membuat dia  tersadar, betapa banyak jiwa-jiwa terluka di sekitar kita. Tak jarang sosok mereka tersembunyi di balik senyum dan keramahan yang disuguhkan. Seolah mereka baik-baik saja, meski sebenarnya tidak. Ada hati yang patah. Ada jiwa yang belum selesai dengan trauma. Di antaranya mengalami situasi mental health yang begitu hancur, hingga untuk melewati satu hari tanpa berpikir menghabisi nyawanya sendiri saja begitu sulit.

Amira di novel  “Assalamu’alaikum Baitullah”  adalah salah satu di antara mereka yang berjuang agar tak kehilangan akal sehat. Agar bisa tetap bertahan, setelah menjalani hidup serupa mimpi buruk yang tak habis-habis.

Ini petikan novel tersebut:

Namaku Amira. Hari ini kuputuskan untuk mati. Hidup yang kujalani terlalu gelap dan menyesakkan, sebab lelaki yang seharusnya menjadi imam dalam pernikahan terus saja menimpakan kepedihan dan bencana.

Namaku Amira. Seorang lelaki dengan wajah bersih datang menembus sunyi. Sigap ia menarikku dari rasa putus asa yang siap menelan jiwa. Mengajakku menulis ulang mimpi. Menuntunku menghadap Ka’bah, menapaki ShafaMarwah, dan melantunkan shalawat di antara Raudhah dan payung-payung besar Masjid Nabawi.

Namun, hidup memang tak mudah. Selalu muncul si pecundang yang siap mengadang. Selalu ada si pendengki yang mengikuti ke mana aku hendak pergi.

Sebut aku Amira. Tapi, lelaki bernama depan Muhammad itu setia memanggilku Khadijah.

Seperti dituturkan oleh Asma Nadia: “Untuk semua Amira, semoga kamu kuat.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *