Indeks

Prof. Rokhmin Ungkap Peran Penting  Poltek KP Sidoarjo dalam Mendukung Industri Perikanan Budidaya 

Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS. menjadi salah satu pembicara utama  Dies Natalis Poltek KP Sidoarjo yang ke-25, di Surabaya, Jumat (29/11/2024).  (Foto: Dok RD Institute)

Milenianews.com, Surabaya– Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo (Politeknik KP Sidoarjo)  bertujuan mencetak SDM kompeten di bidang kelautan dan perikanan melalui pendidikan Diploma III. Institusi ini bermula sebagai Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) pada 1982, berubah menjadi Akademi Perikanan Sidoarjo pada 1998, dan diresmikan pada 11 November 1999.

Sejak 2000, Politeknik ini berada di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan, dengan status berubah menjadi Politeknik KP Sidoarjo pada 2013, menawarkan lima program studi. Pada 2015, animo pendaftar sangat tinggi dengan rasio penerimaan 1:7, membuktikan daya tarik institusi ini. Hingga saat ini, Politeknik KP Sidoarjo telah menerima 1.692 taruna dan meluluskan 1.359 lulusan, mencetak SDM unggul untuk sektor kelautan dan perikanan.

Politeknik KP Sidoarjo menggelar Dies Natalis yang ke-25, dengan tema “Inovasi Tanpa Batas: 25 Tahun Membangun Ekosistem Maritim yang Berkelanjutan”, di Surabaya, Jumat (29/11/2024). Salah satu narasumber utama dalam acara tersebut adalah pakar kelautan dan perikanan Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS. Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu membawakan makalah berjudul “Tantangan, Peluang dan Singeri Dunia Industri Budidaya Perikanan”.

Salah satu pesan utama Prof. Rokhmin adalah pentingnya peran Poltek KP Sidoarjo dalam mendukung industri perikanan budidaya.  Peran tersebut, kata Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) mencakup paling tidak lima hal, yakni:

  1. Pengembangan SDM: mencetak tenaga ahli perikanan budidaya melalui pendidikan vokasi berbasis praktik
  2. Ristek budidaya: Menciptakan teknologi budidaya yang efisien, berkelanjutan dan ramah lingkungan
  3. Pelatihan pembudidaya: Memberikan pelatihan teknis kepada masyarakat untuk meningkatkan produktivitas tambak
  4. Inovasi pakan lokal: Mengembangkan inovasi pakan alternatif yang berkualitas tinggi yang dapat mengurangi ketergantungan pada pakan impor.
  5. Kemitraan dengan industri: Menjalin kerja sama dengan perusahaan untuk menghubungkan pembudidaya dengan pasar.

Baca Juga : Prof. Rokhmin Beberkan Strategi Pembangunan Budidaya dan Industri Pengolahan Ikan Nila yang Produktif dan Berkelanjutan

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University itu menyampaikan rekomendasi area pengembangan industri budidaya perikanan sebagai berikut:

  • Budidaya lepas pantai (Off-Shore Aquaculture).
  • Integrasi teknologi IoT dan automasi dalam budidaya.
  • Pengembangan spesies lokal yang bernilai ekonomi tinggi.
  • Teknologi ramah lingkungan.
  • Pengembangan industry bioteknologi perairan.
  • Pemanfaatan Zona Eksplorasi Ekonomi Eksklusif (ZEE).

“Selain itu, diversifikasi produk olahan dari hasil produksi budidaya, ppengelolaan risiko perubahan iklim terhadap kegiatan budidaya perikanan, dan kemitraan dengan industri dan riset internasional,” kata Prof. Rokhmin dalam rilis yang diterima Milenianews.com.

Sebelumnya,  Prof. Rokhmin yang merupakan Anggota Komisi 4 DPR RI 2024 – 2029 membahas permasalahan dan tantangan pembangunan industri perikanan budidaya. Yakni,

  1. Sebagian besar usaha perikanan budidaya dilakukan secara tradisional, berskala Usaha Kecil dan Mikro, tidak menerapkan ISCMS, Best Aquaculture Practices, dan prinsip pembangunan berkelanjutan  tingkat pemanfaatan, produktivitas, efisiensi, daya saing, dan sustainability usaha perikanan budidaya umumnya rendah  pembudidaya banyak yang miskin, dan kontribusi bagi perekonomian rendah
  2. Harga pakan berkualitas terus meninkat: akibat semakin terbatasnya bahan baku utama (fishmeal) dari pakan ikan (udang).
  3. Keterbatasan penggunaan bibit, benih, dan benut unggul: Bibit, benih, dan benur yang unggul (SPF, SPR, & fast growing) dan bersitifikat. “Penyebabnya adalah keterbatasan supply (hatchery) atau para pembudidaya tergoda beli benih/benur uncertified, karena murah,” kata ketua Dewan Pakar ASPEKSINDO (Asosiasi Pemerintah Daerah Pesisir dan Kepulauan se-Indonesia) itu.
  4. Keterbatasan sarana proudki: seperti kincir air (pedal wheel) tambak, growth stimulant, dan obat-obatan.
  5. Wabah penyakit: yang menyebabkan rendahnya produktivitas, bahkan kegagalan panen
  6. Infrastruktur dan sistem logistik belum memadai: Infrastruktur perikanan budidaya (irigasi tambak & kolam ikan); infrastruktur dasar (jaringan jalan, listrik, telkom, internet, air bersih, dan pelabuhan); dan Sistem Logistik.
  7. Pencemaran ekositem perairan dari sektor Pembangunan lainnya, semakin berkuranggnya biodiversity, dan kerusakan lingkungan lainnya.
  8. Dampak perubahan iklim global, banjir, dan bencana alam lainnya.
  9. Lemahnya dukungan R & D   untuk inovasi teknologi on-farm maupun off-farm Perikanan Budidaya.
  10. Kualitas SDM (knowledge, skills, expertise, dna work ethics) pembudidaya relatif masih rendah
  11. Iklim investasi kurang atau tidak kondusif: Iklim investasi (perizinan, RTRW, konsisten kebijakan pemerintah, keamanan berusaha, keadilan dan kepastian hukum).
  12. Contoh: kriminalisasi petambak di Karimun Jawa, intimidasi pembudidaya Ikan Nila di Danau Toba, dan pungli & teror oleh oknum aparat maupun preman terhadap petambak udang di berbagai daerah.
  13. Lemahnya spirit “Indonesia Aquaculture Incorporated”
  14. Kebijakan politik ekonomi (moneter, fiscal, kredit perbankan, RTRW, ekspor-impor, dan ketenagakerjaan) belum kondusif bagi kinerja dan tumbuh kembangnya perikanan budidaya).
Exit mobile version