Perangkat Digital, Baik atau Buruk?

Buku Literasi Digital

Judul              : Literasi Digital: Is It Bad or Good Habits?

Penulis            : Syarifudin Yunus, dkk.

ISBN               : 978-602-56811-3-4

Penerbit           : Pustaka Anagram

Tebal               : 210 halaman

Milenianews.com, Ngobrolin Buku- Ketika teknologi digital melampaui batas kemanusiaan, apa yang akan terjadi? Jadi, teknologi digital menjadi kebiasaan baik atau buruk? Hanya pengguna yang tahu jawabnya. Itulah inti pesan Buku Literasi Digital: Is It Bad or Good Habits?” karya Syarifudin Yunus, dkk. sebagai kumpulan karya jurnalisme data bersama mahasiswa Semester VII Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Indraprasta PGRI tahun 2022/2023. Sebuah buku yang mengangkat persoalan kemampuan individu untuk mengakses, memahami, membuat, mengomunikasikan, dan mengevaluasi informasi melalui teknologi berbasis internet.

Buku setebal 210 halaman terbitan Pustaka Anagram ini menegaskan kebiasaan menggunakan teknologi digital dapat berdampak buruk bila digunakan untuk menebar hoaks atau fitnah, bahkan memperkuat sikap individualis dan antisosial. Karena salah memahami digitalisasi. Sebaliknya, teknologi digital dapat berdampak baik bila digunakan untuk mempercepat komunikasi, mempermudah pekerjaan, dan menebar perilaku positif di masyarakat.

Kampanye pentingnya literasi digital bisa jadi kian mendesak. Melalui survei TBM Lentera Pustaka (September 2022), buku ini menyebut 90% penggunaan smartphone digunakan untuk akses media sosial dan 10% untuk keperluan informasi dan pelajaran. BPS (2019) mencatat, 90% anak usia 5 tahun ke atas di Indonesia mengakses internet untuk media sosial. Itu berarti, 9 dari 10 anak Indonesia memakai internet untuk medsos. Hanya 33% anak usia 5 tahun ke atas yang mengakses internet untuk mengerjakan tugas sekolah. Agak memprihatinkan. Akses digital pun bisa jadi kebiasan buruk atau baik?

Kelebihan buku literasi digital ini, antara lain: 1) isi yang disajikan berdasar fakta dan data sebagai hasil liputan jurnalistik, 2) disusun dari cara berpikir mahasiswa, dan 3) bahasan literasi digital dari berbagai aspek sosial. Kekurangannya terletak pada 1) jenis kertas “bookpaper” yang kurang memadai dan 2) gaya bahasa yang digunakan informal dan tata bahasanya belum optimal.

Kehadiran buku Literasi Digital: Is It Bad or Good Habits?  menegaskan pengaruh internet dan digitalisasi memang sulit dihindari di era serba digital begini. Tapi seharusnya di level anak-anak, internet dapat dimanfaatkan untuk aktivitas belajar atau sekolah. Atau aktivitas pemanfaatan teknologi yang kreatif. Bukan justru menjadi pengguna internet yang “menghabiskan” biaya, di samping bermain gawai atau ber-medsos ria tanpa pemahaman yang benar. Karena itu, privasi harus menjadi prioritas dalam ber-digitalisasi. Jangan sampai perangkat digital justru menghilangkan batas kemanusiaan.

Harus disadari, teknologi digital hanya alat untuk memperkuat solidaritas sosial. Bukan untuk eksistensi atau jadi sebab rapuhnya mentalitas. Maka, siapapun harus meletakkan hati di atas digital, bukan digital yang menguasai hati. Buku ini memberi inspirasi tentang cara bertindak tentang literasi digital yang kian penting. Salam literasi!

Peresensi : Susilawati, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FBS Universitas Indraprasta PGRI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *