Survivorship Bias, Salah Ambil Tindakan dari Cara Berpikir

Survivor Ship Bias Abraham Wald

Milenianews.com – Pada Perang Dunia II, matematikawan dunia, Abraham Wald ditugaskan di Statistical Research Group (SRG) yang mengerjakan proyek rahasia.

Pekerjaannya yakni meneliti jumlah pesawat tempur yang selamat kembali ke markas setelah bertempur untuk dipasangkan armor (pelindung). Tujuannya, agar tidak lebih banyak pesawat yang jatuh karena ditembaki.

Tapi, Abraham menilai, jika terlalu banyak dipasangkan armor, bobot pesawat akan semakin berat dan tidak lincah dalam ber-manuver. Bobot berat, akan membuat pesawat semakin boros bahan bakar.

Baca Juga : Sosok Gus Sholah, Seorang Kiai, Cendikiawan, Penulis juga Politikus

Memasang Armor di Lokasi yang tak Tertembak


Sumber : YouTube

Atas dasar itu, Abraham menyebut harus ada titik optimal dari pemasangan armor di pesawat. Saat itu, militer memberikan data yang dapat digunakan SRG dalam memecahkan masalah tersebut.

Data yang diberikan, berupa gambar pesawat dengan lubang yang tertembak oleh musuh dari medan peperangan.

Data itu menunjukkan bahwa lubang yang paling banyak terdapat di bagian fuel tank, badan pesawat dan yang paling sedikit di bagian mesin.

Pihak militer mengambil kesimpulan bahwa mereka bisa memasang armor pada lokasi yang sering tertembak, tanpa harus memasang di semua bagian pesawat.

Tapi, Abraham memilih keputusan sebaliknya dengan menyarankan untuk memasang armor di bagian yang jarang tertembak, yaitu mesin.

Survivor Ship Bias


Sumber : DeanYeong.com

Abraham melihat, pesawat yang bisa kembali tidak tertembak di bagian mesin, sebaliknya, bagian lain yang tertembak, masih bisa membuat pesawat kembali ke markas. Bagian vital dari pesawat yang membuat kembali menurutnya tentu saja mesin.

Untuk contoh, saat korban luka tembak, tertembak di bagian kaki, paling banyak dirawat di rumah sakit. Karena luka di dada tak akan membuat seseorang selamat.

Baca Juga : PBNU Kehilangan Sosok Ahli Ilmu Falak

Maka dari itu, armor biasanya dipakai di bagian perut dan dada. Fenomena itu disebut Survivorship bias. 

Survivorship bias adalah kesalahan logika akibat terlalu berkonsentrasi terhadap sesuatu yang “selamat” dengan meniadakan penelitian lebih lanjut dari sesuatu yang “tidak selamat”. (Ikok)

Sumber : @berbagikertas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *