Suatu Saat Nanti Bagian 11

Cerbung Suatu Saat Nanti Milenianews

“Aka benar-benar minta maaf,” ucapnya sambil berlutut dihadapan ku lalu menggenggam tangan kiri ku.

“Boleh aka dampingin Ade sampe Ade sembuh? Bahkan kalo di izinin aka mau selamanya sama Ade,” pintanya lagi.

Seketika, ucapannya membuatku cukup kaget. Selama ini aku meyakini jika dia tidak akan mau menerima keadaan ku yang sakit-sakitan seperti ini, sontak aku berdiri dan berkata, “Gak usah sok peduli hanya karena aku terlihat kasihan di matamu,” teriak ku kepadanya.

Aku yang kesal mendengar ucapannya yang seolah peduli, sedikit pun aku bahkan tidak mempercayai nya, lagipula mana ada orang yang mau menemani orang sakit, Rescha yang saat itu berlutut dihadapan ku pun ikut berdiri dan mencoba menenangkan ku.

“Ade tenang sayang,” ucapnya serta mengelus-elus pundak ku. 
“Duduk ya,” sambung nya lagi tanpa basa-basi akupun menurutinya.

Aku duduk dan kita duduk bersebalahan disamping kiri ku.

“Aka emang peduli sama Ade, aka mau Ade sembuh, aka enggak mau lihat Ade sakit lagi, aka benar-benar sayang sama ade, aka enggak mau kehilangan ade, aka pengen jadi bagian dari hidup ade, aka mau jadi alasan dibalik senyuman Ade, tolong percaya sama aka,” begitu lirih ku dengar dari mulutnya. Aku melihat sorot matanya nampak sebuah ketulusan dari apa yang ia lontarkan.

“Aka enggak tau harus bilang apa lagi, aka memang salah aka udah ngecewain ade, tapi dihati aka hanya ada kamu de, itu sebabnya aka enggak lama menjalin hubungan sama dia, aka minta maaf , Ade tolong maafin aka ya,” matanya semakin terlihat jelas jika ia benar-benar tulus, tak ada alasan untuk Bilang tidak. Rescha terlihat begitu menyayangi ku walau terkadang ia bersikap masa bodoh, ya semua itu memang karena kesalahan ku juga.

Tidak bisa dipungkiri aku pun begitu menyayangi Rescha.

“Maafin Ade ya aka, Ade juga sayang sama aka, Ade juga enggak mau kehilangan aka,” ucapku sembari menahan tangis yang kala itu tidak bisa terbendung, ia pun memeluk ku lalu sebuah ikrar terucap dari bibir nya.

“Aka janji aka nggak akan pernah ninggalin Ade, aka akan selalu nemenin Ade selamanya,” aku pun hanya mengangguk iya tanda menyetujui ikrar itu.

“Ade juga janji nggak akan pernah ninggalin aka,” ucapku pun berikrar.

Wajahnya terlihat lebih bahagia daripada aku, ini kali pertama ia melihatku, berbeda dengan ku yang sudah sering mejumpainya diam-diam.

Kusandarkan pundak ku di bahunya dengan saling menggenggam, menjadi suatu kehangatan suasana saat itu, jalanan yang tidak kunjung mengering pun menjadi saksi ikrar kita berdua, hari yang selalu ku nantikan ini menjadi kenyataan, bisa duduk berdua dengan Rescha bak seperti mimpi.

Walau sulit dimengerti namun inilah kenyataan, aku pernah mengatakan kepadanya jika kita akan bertemu suatu hari nanti tanpa disengaja, dan kini ucapan itu telah terjadi.

Dalam hening nya suasana tiba-tiba ia mengatakan sesuatu yang mengejutkan.

“Ade kenapa waktu dirumah sakit pergi gitu aja, tanpa menyapa aka sedikit pun ?,” ucapnya dengan lantang, aku sangat terkejut apa maksud dibalik perkataan nya.

Lantas Aku ingat akan satu hal ya terakhir kali aku menemui nya saat dirumah sakit, saat aku cek-up dan saat itu Rescha sedang menjaga kakeknya dirumah sakit, ya aku sempat menemui nya aku pun sempat berhadapan dengannya namun aku tidak tahu jika dia mengenali ku, lagipula mana mungkin dia mengenali ku yang kala itu memakai masker, aku mulai bertanya-tanya apa ia benar-benar mengenali ku?.

Bersambung….

https://milenianews.com/2020/02/14/suatu-saat-nanti-bagian-10/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *