Pelangi Masa Lalu

Cerpen Pelangi Masa Lalu

Oleh : Qotrunnada Fadhillah

Kisah dua orang sahabat yang sama-sama sedang menguji kesungguhan dan kesejatian persahabatan mereka. Suatu hari mereka sepakat untuk membuat permainan, permainan yang sederhana, lomba lari dengan aturan selama dalam perjalanan mereka tidak boleh istirahat, berjalan, minum dan tidak boleh menyentuh atau merusak tanaman yang dilewati ketika mereka berlari. Dan mereka pun sepakati waktu tempuh, start dan finis yang harus dicapai.

Dimulailah permainan ini, tanpa ada juri atau saksi lain, mereka hanya menyerahkan juri atau saksinya hanya kepada Allah dan rasa kepercayaan yang mereka bangun. Karena mereka percaya Allah pasti melihat apa yang mereka kerjakan, jika salah satu dari mereka melakukan kebohongan atau kecurangan maka pertanggungjawabannya langsung kepada Allah.

Mereka sama-sama menuju garis start yang telah disepakati dengan dua jalur yang telah mereka sepakati bersama dan tentunya masing-masing jalur pasti akan ada rintangan yang berbeda namun bobot kesulitannya sama, mereka telah sama-sama tau jalur yang akan dilewati. Kedua sahabat itu bernama Arman dan Bagas. Tepat pukul 07.00 mereka memulai start permainan ini dengan masing-masing jalur yang harus terlewati. Dan jalur finis pun telah disepakati dengan waktu tempuh selama perjalanan adalah 1 jam berarti harus sampai di garis finis tepat pukul 08.00.

Mulailah Arman dan Bagas melalui jalur masing-masing, mereka sama-sama melalui banyak rintangan, di tengah perjalanan Arman mulai kelelahan, ingin rasanya dia berhenti sejenak untuk mengatur kembali nafas dan minum seteguk air yang memang kebetulan saat itu sedang melalui aliran sungai yang airnya sangat bening dan dingin.

Tapi Arman kembali mengingat aturan yang telah disepakati bahwa dia tidak boleh berhenti berlari dan tidak boleh pula minum, kemudian dia kembali lanjutkan berlarinya dengan rasa yakin dan percaya bahwa apa yang dilakukannya sudah pasti ada yang melihat yaitu Allah, dari awal dia berlari pun pasti Allah telah melihatnya. Dengan rasa yang tidak ingin mengkhianati sahabatnya maka dia terus berlari mencapai finis.

Di jalur lain Bagas juga sedang berjuang mencapai garis finis dengan aturan-aturan yang telah ia sepakati dengan sahabatnya Arman, dia tidak boleh berhenti, tidak boleh minum, meski tadi di pertengahan perjalanan kakinya menginjak duri, dia menahan sakit, dan terus berlari dan tidak berhenti meski luka kecilnya cukup sakit dirasa, tapi dia tidak ingin mengkhianati kepercayaan sahabatnya dan tidak pula ingin membohongi perjanjian dengan sahabatnya karena dia yakin ada Allah yang melihatnya ketika dia berhenti maka dia telah membohongi perjanjiannya.

Finis sudah terlihat, waktu pun telah menunjukkan pukul 07.50 menit artinya sisa perjalanan pun harus ditempuh dalam waktu 10 menit lagi. Dan tepat pukul 08.00 Arman dan Bagas sama-sama telah sampai di garis finis. Lalu siapakah yang telah menang dalam permainan ini??? Bukan masalah kecepatan mereka tapi keduanya berhak mendapat gelar the winner, karena mereka telah sanggup menjaga kepercayaan dan aturan permainan yang disepakati sebelumnya dengan baik tanpa kebohongan karena mereka yakin ada juri yang Maha Melihat segalanya yaitu Allah.

Ketika di garis finis mereka istirahat dan minum, tiba-tiba Arman memperhatikan kaki Bagas, ada luka kecil yang berdarah di sana, buru-buru Arman meraih kaki Bagas dan bertanya;

“Kenapa kaki kamu??”…

“oo..ini tadi aku menginjak duri, karena terlalu bersemangat berlari, aku tak melihat ada duri di tengah jalan”..

“Kenapa, kau tidak berhenti sejenak untuk menutup lukamu??, agar tak terus mengeluarkan darah, atau terlindung dari debu dan tanah…” kemudian Bagas bertutur,

“Aku tak ingin mengkhianati permainan, jika aku berhenti berarti aku telah melanggar aturan, kamu tidak tau, tapi juri permainan kita adalah Allah, aku takut…”

Lalu Arman pun membantu membersihkan luka Bagas sambil meneteskan air mata karena begitu kagum kepada sahabatnya, begitu besar pengorbanannya menjaga kepercayaan dan tentunya tidak ingin melakukan kecurangan pada permainan.

Kemudian Arman bertutur “aku kagum padamu sahabatku, sungguh kamu adalah sahabat terbaikku”.. lalu berceritalah Arman karena teringat kisah masa lalunya,

“Dulu aku pernah melakukan permainan yang sama seperti ini dengan temanku, dengan aturan yang sama seperti yang tadi kita sepakati bersama”.. dan dia terhenti sejenak dari ceritanya….

Bagas kemudian menepuk pundak Arman “kenapa?? Terdiam..” kemudian Arman melanjutkan ceritanya…

“Dulu aku juga sama di tengah perjalanan aku menginjak duri, karena aku tak kuat menahan sakit maka aku berhenti dan menyentuh bahkan juga memetik beberapa helai daun untuk menutup lukaku, lalu aku kembali berlari dengan sangat kencang agar sampai tepat waktu, dan sampai di finis aku membuang daun itu agar tidak diketahui temanku..”,

“namun, setelah itu aku merasa menyesal dan bersalah sekali saat itu, aku malu pada Allah”.

“Dan saat ini aku malu padanya…”. Kemudian Bagas pun menanggapi,,

”ooo.. begitu… ya sudahlah itukan masa lalu mu, saat ini yang terpenting adalah kamu tak lagi mengulanginya, setiap orang punya masa lalu dan pelanginya masing-masing”.

Lalu Arman bertanya, “Apa kamu tidak merasa aku bohongi?? Atas cerita masa lalu ku itu??”.

Bagas menjawab “Kenapa aku harus merasa dibohongi??, itukan kisah masa lalu mu, yang terpenting saat ini kamu tidak melakukan hal yang sama dalam permainan kita, bukan???”.

“Aku akan merasa dibohongi jika hal yang sama kamu lakukan dalam permainan kita saat ini. Tapi aku lihat kamu tidak melakukan itu, dan kamu menyesali kesalahan masa lalu mu, dan kamu telah memperbaiki dirimu saat ini”.

“Aku tak pernah merasa kamu bohongi, karena aku percaya kamu saat ini”.

“Jadi jangan pernah merasa bersalah pada diri sendiri….”.

“Dan kamu adalah sahabat terbaikku saat ini karena kamu telah mampu menjaga amanahku juga aturan yang kita sepakati, karena kita sama-sama takut hanya pada Allah yang Maha Melihat”.

Kemudian mereka sama-sama kembali ke rumah dengan rasa saling percaya dan ikhlas saling menerima semua apa adanya tanpa harus merasa terkhianati atau merasa dibohongi dengan pelangi masa lalu mereka.

 

“Setiap orang punya pelangi masa lalunya masing-masing, lalu mengapa harus merasa dibohongi oleh kisah yang telah lalu, cukup jadikan sebagai pelajaran, tak perlu ego atau terluka dengan kisah masa lalu orang lain, jika telah siap menerima apa adanya, maka ikhlas tanpa alasan….”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *